Loading...

Nonton Film Pengabdi Setan (2017) Full Movie

00:00
00:00
 

Nonton Film Pengabdi Setan (2017) Full Movie Sub Indonesia

Film Pengabdi Setan (2017) Full Movie
Review Film Pengabdi Setan (2017) Full Movie
Sebenarnya saya nggak terlalu tertarik untuk menonton film-film bergenre horror, tapi kali ini saya dibuat penasaran dengan banjirnya pujian pada salah satu film horor besutan anak negeri yang saat ini tengah tayang, yakni Pengabdi Setan. Yup, saya memang ketinggalan 11 hari setelah tayang perdana 28 September lalu, sebelas hari yang sangat gaduh membahas film ini.

Sempat gagal menonton film ini Jumat lalu karena kehabisan tiket, membuat saya makin penasaran dengan film ini. Alhamdulillah kemarin saya bersama keluarga sukses menonton film ini di posisi yang nyaman berkat sebuah perjuangan untuk membeli tiket jauh lebih awal. Untuk ini bisa dikisahkan untuk menjadi sebuah FTV sendiri hehehe.

ROLLER COASTER

Saya cukup setuju banyak yang menyatakan menonton film ini layaknya naik roller coaster. Penonton dibuat jungkir balik dengan adegan mengejutkan yang terjadi secara beruntun, namun setelah itu penonton dibuat menahan napas untuk menunggu adegan mengejutkan lainnya yang terkadang ditahan beberapa saat untuk dimunculkan secara tiba-tiba.

Perasaan semacam ini memang tidak asing kita rasakan sebagaimana ketika kita menonton beberapa film horror besutan Hollywod semisal Conjuring, Insidious dan lainnya. Tapi ketika menyadari ini adalah Film Indonesia, yah bolehlah sedikit berbangga.

SCORING MERINDING

Di scene awal, diperdengarkan senandung lagu dengan nada-nada miring yang entah kenapa membuat saya agak merinding. Padahal belum ada adegan horor sama sekali. bahkan judul film ini pun belum muncul. Dan demikian seterusnya scoring ini pun sukses menambah suasana semakin mencekam. Kendati beberapa kali hentakan-hentakan scoring muncul agak berlebihan namun masih belum mengganggu suasana dan atmosfer cerita.

Lagu yang disenandungkan almarhum ibu melalui piringan hitam menjadi kekuatan tersendiri untuk mendirikan bulu roma penonton. Kendati lagu ini diperdengarkan di siang hari sekalipun tetap berhasil untuk membuat suasana  berubah mendadak menjadi mencekam. Agak penasaran lagu ini judulnya apa ya?

KONSISTENSI CERITA (RADA SPOILER!)

Saya tidak akan sekejam itu memberikan spoiler “parah” di sini. Namun jika memang ingin menghindari spoiler sama sekali harap sub-judul ini bisa kamu skip.

Cerita mengalir cukup nyaman untuk diikuti. Semua diawali dengan penggambaran bagaimana ketika sang Ibu ketika masih sakit. Sang suami beserta keempat anaknya, Rini, Tony, Bondi, dan Ian (tuna rungu) harus bergantian merawat sang ibu. Penyakit yang sepertinya secara sengaja tidak dibahas mendetail dalam film ini diperlihatkan membuat sang ibu sama sekali tidak dapat beranjak dari ranjangnya. Lonceng akan ia bunyikan setiap kali ia memerlukan sesuatu atau bantuan keluarganya. Lonceng panggilan inilah yang akan menjadi penghias adegan mencekam di sepanjang film.

Keluarga kecil ini tinggal di sebuah rumah di desa yang sebenarnya adalah milik nenek mereka, yakni ibunda dari sang ayah. Keterperukan ekonomi keluarga karena habis untuk biaya pengobatan sang ibu mengharuskan keluarga ini menggadaikan rumah mereka dan pindah ke rumah sang nenek. Sang ibu yang sebenarnya adalah seorang penyanyi ternama sudah 3 tahun lebih terserang penyakit. Karirnya pun tenggelam bersama penyakitnya. Hingga suatu hari sang ibu pun menemui ajalnya.

Setelah kematian sang ibu, keluarga kecil ini pun mulai diganggu dengan beragam kejadian yang di luar nalar. Hal yang paling menakutkan adalah penampakan kembali sang ibu di rumah tersebut. Dari sinilah kejadian-kejadian mencekam menggelayuti setiap waktu bagi setiap penghuni rumah tersebut, terutama anak-anak.

Anak nomor tiga, Bondi, mulai di pertengahan film digambarkan di bawah pengaruh roh jahat. Tatapannya yang selalu kosong, tingkah lakunya yang aneh serta penyakit panasnya yang tidak kunjung sembuh menggambarkan semua itu dengan sangat telanjang, bahkan terkesan berlebihan. Namun menjelang akhir cerita tiba-tiba menjadi normal kembali tanpa penjelasan yang memadai. Hal ini buat saya pribadi agak mengganggu,

Ketika sang nenek pun secara tragis mengalami kematian tidak diperlihatkan bagaimana usaha dari keempat anaknya ini untuk menghubungi sang ayah. Bagaimana pun juga ini adalah kematian Ibu dari ayah mereka. Kendati dihadapkan dengan tidak adanya telepon yang bisa mereka hubungi, tetapi setidaknya harus ditunjukkan bagaimana keempat anaknya ini, terutama Rini (Tara basro) sebagai anak sulung, berjuang untuk mencari tahu keberadaan sang ayah.

Twist tentang anak bungsu pun sedikit janggal. Karena sejak awal tidak digambarkan atau pun diberi petunjuk apa pun sebagaimana yang akhirnya terjadi di ujung cerita.

MAKE UP TOO MUCH

Sang ibu ketika sakit digambarkan sudah seperti hantu. Wajahnya yang sangat pucat dengan lingkaran hitam di mata dan rambut panjang tak beraturan. Pakaian yang ia kenakan juga warna putih. benar-benar sudah menyerupai sosok kuntilanak,

Menurut saya ini agak berlebihan. Setidaknya tampilkanlah wajah seorang manusia yang masih terlihat ada kehidupan di dalamnya, bahwa masih ada darah yang mengalir di dalam tubuhnya. Pakaian pun kenapa harus putih? Kenapa tidak berpakaian biasa ala wanita era tahun 80-an. Pembangunan imej horor dari sosok sang ibu yang masih hidup ini kok ya terkesan too much. Pantas saja jika keempat anaknya tidak ada yang mau menemani sang ibu berlama-lama.

USTADZ DIBABAT?

Penggambaran betapa jauhnya keluarga ini dari Tuhan seharusnya memberikan pelajaran bahwa yang mereka lakukan ini tidaklah benar dan sangat salah. Sebagai konsekuensinya seharusnya kedekatan kepada Tuhanlah yang menjadi jawaban atas semua persoalan yang dialami oleh keluarga ini. Namun sayangnya dalam film ini pesan tersebut gagal untuk disampaikan. Atau sengaja untuk digagalkan?

Bagaimana mungkin seorang ustadz/kyai dalam film ini mampu dengan mudah dikalahkan oleh para iblis?

Hal ini menjadi sebuah ganjalan besar buat saya pribadi. Kematian sang ustadz menjadi seolah hilangnya tiang pegangan akan apa itu kebenaran dalam film ini. Apakah pesan yang memang ingin disampaikan adalah bahwa kebenaran tidak selalu menang? Atau memang Agama itu sendiri adalah bukan kebenaran yang hakiki?

Hal ini menurut saya menjadi hal yang sangat sensitif.

HANTU YANG ANTI KLIMAKS

Sosok-sosok hantu yang ditampilkan di sepanjang film mampu membuat penonton menahan napas karena ketakutan. Hal ini terjadi dengan sukses hingga malam kepindahan mereka ke kota. Di malam itu hantu yang muncul sudah tidak seseram sebelumnya. Entah kenapa hantu-hantu yag muncul dalam jumlah banyak dan melakukan teror dengan cara mendobrak pintu menjadi “mendadak” kurang menyeramkan. Dari sini penggarapan suasana mencekam menjadi terkesan dipaksakan. Hingga adegan kejar-kejaran dengan hantu menjadi kurang mengerikan lagi.

SEGUDANG TANDA TANYA

Ini sepertinya sengaja dilakukan oleh sang sutradara, Joko Anwar, untuk membuat sequel film ini. Seperti penonton dibuat bertanya sebenarnya apa yang dibicarakan sang ayah dan ibu menjelang kematian sang ibu? Ini sepertinya akan banyak menguak cerita.

Mengapa sang ayah sama sekali mulutnya tidak bergeming ketika acara pengajian kematian sang istri? Padahal seluruh hadirin sedang bersama-sama mengaji dan berdzikir.

Mengapa seluruh keluarga ini meninggalkan ajaran agama sama sekali? Bahkan shalat pun tidak pernah mereka lakukan. Termasuk nenek, sang ayah, juga keempat anaknya. Bukankah hanya sang ibu yang bersekutu dengan iblis?

Mengapa ruh sang nenek mampu hadir di rumah untuk melindungi anak dan cucu-cucunya? Apakah sang nenek juga memiliki ilmu khusus selama hidupnya?

Siapa sebenarnya sahabat sang nenek yang mampu mengetahui fenomena keanehan di dalam rumah tersebut serta memiliki teori-teorinya dengan persis benar?

Siapa sepasang suami istri muda yang tampil di akhir adegan film?

OVERALL…

Pengabdi Setan yang merupakan remake film tahun 80-an dengan judul yang sama ini tergarap dengan sangat apik dari sisi teknis, seperti kualitas gambar yang mumpuni, kualitas suara, tone warna di sepanjang film yang sangat terkesan klasik namun nyaman di mata. Pencahayaan dan packaging hantu pun digarap cukup memukau. Setting tahun 80-an benar-benar dipersiapkan dengan baik.

Sayangnya bangunan cerita yang kurang kuat karena beberapa ketidakkonsistenan menjadi salah satu sisi lemah film ini. Belum lagi matinya sang ustadz beserta anaknya menunjukkan betapa sang iblis memiliki kekuatan di atas manusia-manusia shalih. Setidaknya ini menjadi blunder terbesar dalam film ini.

Jajaran pemain yang ditampilkan cukup segar dan meyakinkan. Tokoh sang ibu yang kendati tidak memiliki dialog sama sekali mampu berbicara sangat banyak di film ini. Sosok Ian, sang bungsu sejak awal kehadirannya sudah mampu memikat penonton. Ian merupakan sosok yang sangat loveable di film ini, kendati ending cerita tidak memihak kepadanya.

Akhirnya, saya kok yakin ya bahwa 100% film ini akan ada kelanjutannya. Buat yang belum menonton nggak ada salahnya kok membuktikan review saya ini hehehe.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

Loading...