Nonton Film The Mimic (2017) Full Movie
Nonton Film The Mimic (2017) Full Movie Sub Indonesia
Review Film The Mimic (2017) Full Movie
Ada kalanya suatu cerita membutuhkan kemasan film panjang demi mewadahi eksplorasi menyeluruh. Sebaliknya, ada yang lebih efektif bila dipresentasikan dalam bentuk film pendek. The Mimic, selaku film horor Korea Selatan pertama yang mengumpulkan sejuta penonton sejak Killer Toon (2003) termasuk jenis kedua. Kita dibawa melihat usaha sutradara sekaligus penulis naskah, Huh Jung, memanjangkan paksa jalinan kisah ketika kombinasi beberapa poin-poin alur sejatinya sudah cukup, tanpa perlu penambahan tuturan maupun karakter yang berakhir hambar lalu terbuang percuma.
Ambil contoh momen pembuka kala sepasang pria dan wanita membunuh, kemudian menyembunyikan mayat seorang wanita (sepertinya kekasih si pria) dalam gua di gunung Jang yang membangkitkan iblis berkemampuan meniru suara manusia. Berikutnya, tokoh-tokoh itu tidak penting lagi peranannya. Huh Jung memberi mereka problematika tanpa mengangkatnya lagi, menjadikannya tak berguna. Pun siapa penyegel sang iblis urung dipaparkan lebih lanjut. Karakter yang tampil sekilas semata untuk membantu eksposisi cerita (detektif dan wanita buta) serta poin plot yang dibiarkan tertinggal hingga memancing lubang alur banyak bertebaran di The Mimic.
Konflik utamanya sederhana. Pasangan suami istri, Hee-yeon (Yum Jung-ah) dan Min-ho (Park Hyuk-kwon) masih bergulat dengan tragedi hilangnya putera mereka. Hee-yeon khususnya, belum sanggup merelakan dan (merasa) melihat kehadiran sang putera. Sampai keduanya menemukan gadis cilik misterius di tengah hutan, yang rupanya mengawali teror iblis yang terinspirasi dari legenda daerah Harimau Jangsan. Sumber dari mitologi setempat, ditambah sentuhan drama ibu-anak tentunya merupakan modal memadahi, yang sayangnya, tersia-sia akibat Huh Jung kurang cakap bernarasi.
Berniat merangkai horor artistik berujung senjata makan tuan. Huh Jung sibuk memasukkan momen-momen metaforikal seperti "memancing mangsa" lewat penampakan lampu LED pengusir nyamuk sampai "mendaki menuju cahaya" di klimaks yang tak terasa pintar karena terlampau literal. Dia pun lebih gemar menggulirkan tempo lambat berisi keseharian ketimbang mengurusi mitologi menarik seputar Harimau Jangsan. Alhasil pertanyaan-pertanyaan kalau tidak boleh disebut lubang terlupakan, entah kehabisan waktu atau kesengajaan demi menyandang status horor "elegan" atau "cerdas" yang menyimpan rapat-rapat jawaban atas misteri.
Menjadi kontradiktif sewaktu di tengah usaha tampak pintar, keklisean akut justru menghiasi, sebutlah Hee-yeon yang mengejar puteranya di jalan hanya untuk mendapatinya menghilang, adegan menabrak hewan, paranormal yang menyuruh protagonis pergi dengan petuah ambigu nan aneh yang pastinya tidak bakal berhasil. Keklisean serupa menghalangi dampak emosi porsi dramanya kala Huh Jung lagi-lagi mengandalkan cara standar macam halusinasi atau teriakan frustrasi Hee-yeon sebagai gambaran goncangan psikis. Itu belum jadi pendalaman yang cukup guna menjustifikasi pilihan karakternya di akhir, apalagi memancing simpati. Setidaknya Yum Jung-ah mencurahkan segala daya upaya meluapkan emosi.
Penyelamat terbesar yang membuat The Mimic terangkat derajatnya dari horor medioker jadi suguhan layak tonton adalah jump scare. Huh Jung cerdik menggabungkan hentakan mengejutkan berbasis timing sempurna dan musik penusuk telinga dengan sederet gambar-gambar beserta tata suara creepy. Hasilnya mengagetkan pula mengerikan, prestasi yang tidak semua jump scare berhasil capai. Bahkan false alarm sampai kejutan beruntun pun efeknya maksimal. Puncaknya saat dukun pemuja Harimau Jangsan menampakkan diri, merealisasikan mimpi buruk di layar lebar. Ambil sebagian klimaks dan secuil latar belakang, The Mimic akan menghasilkan film pendek berdurasi 20 menit yang luar biasa.